The Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law
http://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/jaksya
<p>The Islamic Family Law Study Program, Faculty of Sharia, Nahdlatul Ulama Islamic Institute, Tuban, publishes the Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law. Islamic civil law and Islamic law are topics covered in articles published in the Jaksya journal.</p>Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tubanen-USThe Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law2809-3402Aktualisasi Maqāṣid al-Syarī’ah dalam Peran Ganda Istri di Dusun Ngrancang, Yogyakarta
http://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/jaksya/article/view/1111
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong istri menjalankan peran ganda dalam membantu pemenuhan nafkah keluarga di Dusun Ngrancang serta menganalisis keputusan mereka dalam bingkai <em>maqā</em><em>ṣ</em><em>id al-syar</em><em>ī’</em><em>ah</em>. Dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dan metode studi lapangan, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap sembilan narasumber yang dipilih secara purposif, terdiri dari lima istri pekerja, dua suami, satu kepala dusun dan satu pengusaha lokal yang kemudian diolah secara deskriptif-analitik-eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan utama para istri untuk terlibat dalam pekerjaan publik berasal dari ketidakstabilan ekonomi rumah tangga, tingginya kebutuhan hidup, fleksibilitas pekerjaan informal serta adanya dukungan dari suami. Meskipun mereka menjalani beban ganda, para istri tetap menjaga peran domestiknya dengan strategi manajemen waktu dan kerja sama dalam keluarga. Dalam perspektif <em>maqā</em><em>ṣ</em><em>id al-syar</em><em>ī’</em><em>ah</em>, keterlibatan mereka dipahami sebagai bentuk perlindungan terhadap jiwa (<em>ḥ</em><em>if</em><em>ẓ</em><em> al-nafs</em>), harta (<em>ḥ</em><em>if</em><em>ẓ</em><em> al-m</em><em>ā</em><em>l</em>) dan keturunan (<em>ḥ</em><em>if</em><em>ẓ</em><em> al-nasl</em>) serta sebagai wujud tanggung jawab moral terhadap kemaslahatan keluarga. Hasil temuan penelitian ini memiliki kontribusi ilmiah yang terletak pada penggabungan antara analisis sosial dan pendekatan normatif Islam yang kontekstual, menunjukkan bahwa praktik peran ganda tidak selalu bertentangan dengan norma agama melainkan justru dapat dimaknai sebagai bentuk aktualisasi <em>maqā</em><em>ṣ</em><em>id</em> dalam kehidupan keluarga modern, khususnya di wilayah pedesaan.</p>Muhammad Royhan AssaiqRicy FatkhurrokhmanHanin Yumna
Copyright (c) 2025 Muhammad Royhan Assaiq, Ricy Fatkhurrokhman, Hanin Yumna
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2025-09-092025-09-096213815710.51675/ijil and cil.v6i2.1111Menutup Jalan-Jalan yang Retak: Analisis Terputusnya Komunikasi dan Keterbukaan Anak terhadap Orang Tua dalam Perspektif Sadd adz-dzarī’ah
http://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/jaksya/article/view/1184
<table> <tbody> <tr> <td> <p>Komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga merupakan fondasi penting bagi tumbuhnya kelekatan emosional dan kepercayaan antarpersonal. Namun tidak sedikit anak justru merasa lebih nyaman berbicara kepada orang lain daripada kepada orang tuanya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap alasan-alasan mengapa komunikasi dan keterbukaan anak terputus dari orang tua serta menganalisis fenomena tersebut dalam perspektif <em>Sadd adz-dzarī’ah</em>, yaitu prinsip dalam fikih Islam yang bertujuan menutup jalan menuju kerusakan. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik-eksploratif, di mana data dikumpulkan melalui pencarian literatur kredibel dari jurnal, buku dan sumber daring melalui teknik <em>boolean search</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterputusan komunikasi dan keterbukaan bukan semata disebabkan oleh niat buruk melainkan akibat akumulasi pola interaksi yang keliru, seperti tekanan komunikasi, respon menghakimi, absennya dialog emosional dan kelelahan psikologis orang tua. Di sisi lain, anak pun kerap mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan akibat minimnya tradisi komunikasi terbuka dalam keluarga. Analisis dengan teori <em>Sadd adz-dzarī’ah</em> menunjukkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi yang tampak netral namun terus berulang secara tidak tepat dapat menjadi <em>dzarī’ah</em>, yakni sarana menuju keretakan relasi. Tekanan verbal, budaya diam, ketimpangan nilai antar generasi hingga keletihan emosional dibaca sebagai jalan-jalan kecil menuju <em>mafsadah</em> relasional yang perlu ditutup secara preventif. Temuan ini menegaskan bahwa membangun kembali komunikasi yang sehat tidak cukup hanya mengandalkan niat baik melainkan membutuhkan upaya sadar menciptakan ruang aman dan manusiawi agar keterbukaan dapat tumbuh kembali secara utuh dan bermakna.</p> </td> </tr> </tbody> </table>Moh Ainul MuttaqinArif Sugitanata
Copyright (c) 2025 Moh Ainul Muttaqin, Arif Sugitanata
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2025-09-092025-09-096215818310.51675/ijil and cil.v6i2.1184